Kamis, 30 Mei 2013

Gejala Jiwa Kognisi, Emosi, Konasi, dan Campuran


BAB I
PNDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari  proses  mental  dan  perilaku  pada  manusia.  Perilaku  manusia  akan lebih  mudah  dipahami  jika  kita  juga  memahami  proses  mental  yang  mendasari perilaku tersebut. Demikian juga kita akan lebih mudah memahami perilaku siswa jika  kita  memahami  proses  mental  yang  mendasari  perilaku  siswa tersebut. Mengingat pentingnya pemahaman tentang proses  mental tersebut,  maka dalam  bab  I      ni  akan  dijelaskan  beberapa  akfivitas  atau  proses  mental  yang  umum terjadi  pada  manusia,  khususnya  yang  berkaitan  dengan  proses  belajar  mengajar.
Proses mental juga sering disebut dengan gejala jiwa.

B.     Rumusan Masalah
1.      Ada berapa pembagian gejala jiwa itu?
2.      Bagaimana penjelasan mengenai gejala jiwa?
3.      Ciri-ciri dan syarat kognisi?
4.      Apa pengertian dari emosi?
5.      Apa pengertian dari konasi atau kemauan?
6.      Sebutkan Ciri-ciri Gejala Campuran?

C.    Tujuan Masalah
1.      Mengerti dan mengenal tentang gejala jiwa.
2.      Mengetahui Syarat Dari Kognisi Beserta Ciri-cirinya.
3.      Memahami dan mengetahui dari emosi/perasaan.
4.      Mengetahui dan memahami apa konasi/Kemauan.
5.      Mengetahui dan memahami gejala-gejala jiwa campuran.

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Gejala Jiwa Kognisi (pengenalan)
Istilah cognitive berasal  dari  kata cognition yang  padanan  katanya knowing,  berarti  mengetahui.  Dalam  arti  luas,  cognition  (kognisi)  ialah perolehan,  penataan,  dan  penggunaan  pengetahuan.  Dalam  perkembangan selanjutnya,  istilah  kognitif  menjadi  populer  sebagai  salah  satu  domain  atau wilayah/ ranah psikologis manusia  yang meliputi setiap peilaku mental  yang berhubungan  dengan  pemahaman,  pertimbangan,  pengolahan  informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan.[1]
1.      Pengamatan
Pengamatan merupakan proses belajar mengenal segala sesuatu yang ada  di  sekitar  kita  dengan  menggunakan  alat  indera  kita. Panca  indera dimiliki  baik  oleh  manusia  maupun  hewan.  Namun,  Allah  menganugerahi manusia  dengan  suatu  fungsi  lainnya  yang  sangat  penting  dan membedakannya dari hewan-hewan yang lain, yaitu akal budi. Dengan akal budi, manusia mampu meningkatkan daya tanggapnya tentang hal-hal yang bisa  diindera.  Dengan  akal  budi  pulalah  manusia  mampu  menjadikan keindahan  penciptaan  alam  semesta  seluruhnya  dan  penciptaan  manusia sendiri, sebagai bukti adnya Sang Pencipta.[2]
Proses Pengamatan
a.       Harus ada perhatian yang ditujukan kepada perangsang
b.      Ada perangsang yang mengenai alat indera kita
c.       Ada alat indera syang menangkap perangsang
d.      Ada urat syaraf yang membawa perangsang ke otak
e.       Ada otak yang menyadarinya.[3]
2.          Tanggapan
          Tanggapan  sebagai  salah  satu  fungsi  jiwa  yang  pokok,  dapat diartikan  sebagai  gambaran  ingatan  dari  pengamatan,  ketika  objek  yang diamati  tidak lagi  berada  dalam  ruang  dam  waktu  pengamatan.  Jadi,  jika proses  pengamatan  sudah  berhenti,  dan  hanya  tinggal  kesan-kesannya  saja, peristiwa demikian ini disebut tanggapan.
Tanggapan disebut “laten” (tersembunyi, belum terungkap), apabila tanggapan tersebut ada di bawah sadar, atau tidak kita sadari, dan suatu saat bisa  disadarkan  kembali.  Sedang  tanggapan  disebut  “aktual”,  apabila tanggapan tersbut kita sadari.[4]
Perbedaan antara tanggapan dan pengamatan:
1.        Pengamatan terikat pada tempat dan waktu, sedang pada tanggapan tidak terikat waktu dan tempat.
2.        Objek pengamatan sempurna dan mendetail, sedangkan objek tanggapan tidak mendetail dan kabur.
3.        Pengamatan memerlukan perangsang, sedang pada tanggapan tidak perlu ada rangsangan.
4.        Pengmatan bersifat sensoris, sedang pada tanggapan bersifat imaginer.[5]
Reproduksi dan Asosiasi
          Reproduksi  ialah  pemunculan  tanggapan  dari  keadaan  di  bawah sadar (tidak disadari) ke dalam keadaan disadari. Ketika mengingat kembali suatu  yang  telah  kita  amati  dan  kita  alami.  Reproduksi juga  dapat  terjadi, oleh  karena  adanya  perangsang  atau  pengaruh  dari  luar.  Reproduksi  juga dapat  muncul  dengan  sendirinya  atau  tidak  dengan  sengaja,  dan  tidak bersebab, jadi secara spontan muncul dalam kesadaran.
      Asosiasi  tanggapan  ialah  sangkut  paut  antara  tanggapan  yang  satu dengan  yang  lain  di  dalam  jiwa.  Tanggapan  yang  berasosiasi
berkecenderungan  untuk  mereproduksi,  artinya  apabila  yang  satu  disadari, maka yang lain ikut disadari pula.[6]
      Asosiasi  ini  banyak  terdapat  pada  muballigh,  khutoba’,  penceramah, novelis, pengarang, penulis buku. Seperti halnya KH. Abdurrahman Wahid, beliau  memiliki  asosiasi  yang  sangat  baik  dan  mengagumkan.  Dalam  satu hari, beliau dapat berpidato di 5 tempat dengan topik yang berbeda, tentang agama, sosial,  politik, sastra dan lainnya.[7]
3.      Fantasi
      Fantasi  adalah  daya  jiwa  untuk  membentuk  atau  mencipta tanggapan-tanggapan baru dengan bantuan tanggapan yang sudah ada.[8] 
Jenis Fantasi:
a.       Fantasi Mencipta
Fantasi  yang  terjadi  atas  inisiatif  atau  kehendak  sendiri,  tanpa bantuan  orang lain  atau  jenis  fantasi  yang  mampu  menciptakan  hal-hal baru. Fantasi macam ini biasanya lebih banyak dimilki oleh para seniman, anak-anak, dan para ilmuwan.
b.      Fantasi Tuntunan atau Terpimpin
Fantasi yang terjadi dengan bantuan pimpinan atau tuntunan orang lain.  Dalam  hal  ini  misalnya  kalau  kita  sedang  membaca  buku,  kita mengikuti pengarang buku itu dalam ceritanya.[9]
Fungsi Pokok Fantasi
1.      Fantasi mengh-abstrahir (mengabstraksi)
Fantasi dengan menyaring atau memisahkan sifat-sifat tertentu dari tanggapan  yang sudah  ada. Misalnya  anak  yang  belum  pernah  melihat gurun  pasir,  maka  dalam  berfantasi,  dibayangkan  dengan  seperti lapangan  tanpa  pohon-pohon  disekitarnya  dan  tanahnya  malulu  pasir semua bukan rumput.
2.      Fantasi Mengkombinir
Fantasi dengan mengabungkan dua atau lebih tanggapan-tanggapan yang  sudah  ada,  disusun  menjadi  satu  tanggapan  baru.  Misalnya:
Tanggapan badan singa + kepala manusia = Spinx di kota Mesir
3.      Fantasi Mendeterninir
Fantasi  dimana  tanggapan  lama  dilengkapi,  disempurnakan  dan mendapatkan  ketentuan  yang  lebih  jelas  dan  terbatas  sehingga  tercipta tanggapan baru.[10]
4.      Daya Ingatan
      Ingatan (memory) ialah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan, dan mereproduksi kesan-kesan.[11]
Sifat-Sifat Ingatan
      Sifat  Daya  ingatan  itu  tidak  sama  pada  tiap  orang,  oleh karena  itu, sifat daya ingatan dibedakan menjadi:
1.      Ingatan  yang  mudah  dan  cepat:  orang  yang  memiliki  daya  ingatan inidnegan cepat dan mudah menyimpan dan mencamkan kesan-kesan.
2.      Ingatan yang luas dan teguh: sekaligus seseorang dapat menerima banyak kesan dan dalam daerah yang luas
3.      Ingatan yang setia: kesan yang telah diterimanya itu tetap tidak berubah, tetap sebagimana waktu menerimanya.
4.      Ingatan  yang  patuh:  kesan-kesan  yang  telah  dicamkan  dan  disimpan  itu dengan cepat dapat direprodusir.[12]
Ada daya ingatan khusus yang luar biasa dan mengagumkan, misalnya:
-          Para  huffadz,  yang  hafal  30  juz  Al-Qur’an  diluar  kepala,  lebih mengagumkan lagi jika yang hafal adalah orang-orang buta.
-          Dr.  Ruckle  (Jerman),  seorang  ahli  ilmu  pasti,  dengan  mudah  dapat mengulangi 60 angka menurut urutannya yang hanya sekali didengarnya.
-          Mozart,  seorang  penggubah  musik  termasyhur,  ketika  ia  masih  berumur 14  tahun,  dapat  menuliskan  sebuah  orkes  dan  nyanyian  bersama  yang sangat panjang dan luas dan baru didengarnya sekali.
      Di  samping  itu,  prestasi  ingatan  berhubungan  erat  dengan  kondisi jasmani,  misalnya  kelelahan,  sakit,  kurang  tidur  juga  dapat  menurunkan daya  ingatan. Ingatan  berhubungan  pula  dengan  emosi  seseorang.  Ketika seseorang akan mengingat sesuatu lebih baik, apabila peristiwa-peristiwa itu menyentuh  perasaan.  Sedang  kejadian  yang  tidak  mneyentuh  emosi, diabaikan  saja.  Juga  masalah-masalah  yang  kita  pahami  benar  dan  sudah dipertimabngkan baik-baik, akan lebih melekat dalam ingatan.[13]
5.      Berfikir
      Proses  menerima,  menyimpan,  dan  mengolah  kembali  informasi, (baik  informasi  yang  didapat  lewat  pendengaran,  penglihatan  atau penciuman) biasa disebut "berfikir". Berfikir adalah media untuk menambah perbendaharaan/khazanah  otak  manusia.  Manusia  memikirkan  dirinya, orang-orang di sekitarnya dan alam semesta.
      Dalam  berfikir,  seseorang  menghubungkan  pengertian  satu  dengan pengertian lainnya  dalam  rangka  mendapatkan  pemecahan  persoalan  yang dihadapi.  Dalam  pemecahan  persoalan,  individu  membeda-bedakan, mempersatukan  dan  berusaha  menjawab  pertanyaan,  mengapa,  untuk  apa, bagaimana, dimana dan lain sebagainya.[14]
Hal-hal yang berhubungan dengan berfikir:
a.       Pengertian
    Ialah  hasil  proses  berfikir  yang  merangkum  sebagian  dari kenyataan  yang  dinyatakan  dengan  satu  perkataan.  Dalam  hal  ini misalnya pengertian “sepeda” merangkum segala jenissepeda yang kita ketahui,  dan  kita  menyatakannya  dengan  satu    perkataan  yaitu “sepeda”.[15]
      Pengertian  itu  dibagi  menjadi  pengertian  konkrit  dan  pengertian abstrak.  Pengertian  konkrit  misalnya:  kursi,  meja,  pisau.  Sedang pengertian abstrak misalnya: indah, cantik, jujur dan sebagainya.
b.      Keputusan
Perhatikan ucapan berikut ini:
Rumah itu megah. Bunga itu harum. Kopi itu lezat rasanya.
      Dalam  ilmu  jiwa,  ucapan-ucapan  yang  demikian  itu  dinamakan keputusan.  Keputusan  itu  menentukan  sangkut  paut  (hubungan)  dengan bantuan bahasa. Jadi “memutuskan” itu ialah suatu perbuatan berfikir.
c.       Kesimpulan
      Ialah keputusan yang diambil berdasarkan keputusan yang lain. Jadi, kesimpulan adalah keputusan yang spesifik.
Macam-macam kesimpulan:
1)        Kesimpulan  induksi:  kesimpulan  yang  diambil  dan  dimulai  dari kenyataan-kenyataan yang khusus dan tiba pada kaidah-kaidah yang umum.
2)        Kesimpulan  deduksi:  kesimpulan  yang  diambil,  dimulai  dari kenyataan  atau  kaidah-kaidah  yang  umum  menuju  kenyataan-kenyataan khusus.
3)        Kesimpulan  analogi:  kesimpulan  yang  diambil  dengan  cara membandingkan  hal-hal  yang  baru  dengan  hal-hal  lama  yang telah diketahui. Kesimpulan ini ditarik dari khusus ke khusus.
6.      Intelligensi
      Intelligensi  ialah  kesanggupan  rohani  untuk  menyesuaikan  diri
kepada situasi  yang baru dengan menggunakan berfikir menurut tujuannya. Kapankah  seseorang  dikatakan  berbuat  intelligen?  Seseorang  dapat dikatakan  berbuat  intelligen  kalau  dalam  situasi  tertentu,  ia  dapat  berbuat dengan  cara-cara  yang  tepat.  Artinya,  ia  dapat  memecahkan  kesulitan-kesulitan,  soal-soal  yang  terdapat  dalam  situasi  itu.  Dengan  kata  lain,  ia dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang baru itu.[16]







B.  Gejala  Jiwa Konasi (Kemauan)
Kemauan  merupakan  salah  satu  dari  fungsi kejiwaan  manusia, dapat diartikan  aktifitas  psikis  yang  mengandung  usaha  aktif  dan  berhubungan dengan pelaksanaan suatu tujuan. Tujuan adalah titik akhir dari gerkana yang menuju suatu arah. Adapun tujuan kemauan adlah pelaksanaan suatu tujuan-tujuan mana, harus diartikan dalm suatu hubungan.
     Dalam istilah sehari-hari kemauan dapat disamakan dengan kehendak atau  hasrat.  Kehendak  isalah  suatu  fungsi  jiwa  untuk  dapat  mencari  sesuatu. Kehendak  ini  merupakan  kekuatandari  dalam.  Dan  tampak  dari  luar  sebagai gerak-gerik.[17]
Dalam  berfungsinya  kehendak  ini  bertautan  dengan  pikiran  dan perasaan. Untuk dapat mempelajarinya dibagi atas:
a.       Dorongan 
b.      Keinginann
c.       Hasrat
d.      Kecenderungan
e.       Hawa nafsu
f.       Kemauan
            Pribadi  memberikan  corak  dan  menentukan,  sesudah  memilih  dan mengambil  keputusan.  Perbuatan  memilih  dan  mengambil  keputusan  ini disebut dengan keputusan kata hati.
            Proses  kemauan  untuk  mencapai  proses  tindakan  biasanya  melalui bebrapa tingkat, ialah:[18]
a.       Motif (alasan, dasra, dan pendorong)
b.      Perjuangan  motif.  Sebelum  mengambil  keputusan,  pada  batin  biasanya  ada beberapa  motif,  yang  bersifat  luhur  dan  rendah.  Disisni  nerlangsung  suatu pemilihan.
c.       Keputusan.  Inilah  yang  sangat  penting.  Disini  kita  mengadakan  pemilihan antara motif-motif tersebutdan meninggalkan kemungkinan yang lain, sebab tak  mungkin  kita  punya  macam-macam  keinginan  dan  pada  waktu  yang sama.
d.      Perbuatan  kemauan.  Kalau  sudah  mengambil  keptusan,  maka  bertindak sesuai dengan keputusan yang diambil. Tetapi itu sering sangat sukar.
Adapun gejala hasrat juga terbagi menjadi beberapa macam, yaitu:
1.      Hasrat yang berupsat pada kejasmanian[19]
Gejala  hasrat  ini  berhubungan  dengan  gerak  dan  perbuatan  yang berpusat  pada  kejasmanian.  Di  antara gejala  hasrat  ini  ada  yang  terdapat pada tumbuh-tumbuhan, binatang pada manusia.
a.       Tropisme
      Adanya  peristiwa  yang  menyebabkan  timbulnya  gerak  ke  suatu arah  tertentu.  Gejala  tropisme  terdapat  pada  barang-barang  tingkat vegetatif  (tumbuh-tumbuhan)  dan  animal  (binatang).  Misalnya  bungan menghadap  mengarah  sinar  matahari,  laron  terbang  menyongsong  sinar, dan  sebagainya.  Tropisme  terjadi  kalau  mendapat  perangsang  dari  luar semata-mata, jadi tak ada pendorong dari dalam untuk tujuan tertentu. 
b.      Refleks
Reflek adalah  gerak reaksi  yang tak disadari terhadap perangsang. Reflek  ini  dihubungka  dengan  konasi  yang  rendah  tingkatannya,  maka refleks boleh dikatakan hgerak refleks, hukum perbuatan refleks.
1.      Proses terjadinya gerak rfelek
Gerak  refleks  adalah  di  luar  kesadaran,  jadio  reaksi-reaksi  yang ditimbulalkan  tidak  bersumber  pada  pusat  susuna  syaraf  (otak)  tanpa suatu  pertimbangan. Proses  terjadinya  gerak  refleks  :  perangsang panca indra sel-sel syaraf sensoris urat syaraf motoris reaksi.
2.      Macam-macam refkeks
a)      Reflek  bawaan,  yakni  eflek  yang  dibawa  sejak  lahir,  disebut  pula reflek asli atau sewajarnya
b)      Reflek  latihan,  yakni  reflek  yang  diperoleh  dari  pengalaman. Reflek  ini  tidak  dibawa  sejak  lahir,  melainkan  hasil  daripada pengalaman atau perbuatan yang selalu diulang.
c)      Reflek  bersyarata.  Reflek  ini  tidak  bergantung  pada  perangsang alam  yang  asli  tapi  timbul  karena  perangsang  lain  yang berassosiasi  dengan  rangsangan  alam  tersebutsupaya  timbul asosiasi  dengan  perangsang  alam  perlu  adanya  suatu  perantara yang disebut dengan syarata.
c.       Insting[20]
Yaitu  kemampuan  berbuat  tertentu  yang  dibawa  sejak  lahir  yaitu tertuju pada pemuasan dorongan-dorongan nafsu dan dorongan-dorongan lain,  disebut  insting.  Instink  ini  terdapat  pada  hewan  dan  juga  mansia, namun fungsi peranananya tidak sama.
1)      Macam-macam instink :
Instink  merupakan  dorongan  alami  yang  bebruat  tertentu  demi tercapainya  tujuan.  Jadi  disisni  ada  rangkaian  anatara  dorongan instink  dan  kebutuhan  yang  menjadi  tujuannya.  Pada  garis  besarnya dorongan instink dapat digolongkan menjadi :
a.       Dorongan instink mempertahankan diri,meliputi :
-          Instink makan
-          Instink berbafas
-          Bermain
-          Instink melindungi diri
-          Instink takut
-          Instink istirahat
b.      Dorongan instink mempertahankan jenis, meliputi :
-          Instink seksual
-          Instink membela diri
-          Instink minta tolong 
-          Instink sosial
-          Instink melindungi
-          Instink memelihara
c.       Dorongan instink mengembangkan diri, meliputi :
-          Instink belajar
-          Instink menyelidiki
-          Instink ingin takut
d.      Automatisme
Gejala-gejala  yang  menimbulkan  gerak-gerak  terselenggara  denga sendirinya, disebut autmatisme.
1)      Automatisme asli : gerak-gerak automatis yang tidak digerakkan oleh gejala hasrat, mislanya : gerak, ajntung, paru-paru, dll.
2)      Automatisme  latihan  :  ialah  gerak-gerak  yang  berjalan  secara automatis karena seringnya gerak-gerak itu diulang, misalnya berjalan, bersepeda,  main  piano,  memetik  gitar,  menggosok  biola,  menulis, mengetik, bercakap-cakap dna sebagainya.
e.       Kebiasaan
Gerak  perbuatan  yang  berjalan  dnegan  lancar  dan  seolah-olah berjalan dengan sendirinya, disebut dengan kebiasaan.
f.       Nafsu
Dorongan  yang  terdapat  pada  tiap-tiap  manusia  dan  memberi kekuataan  bertindak  untuk  memenuhi  kebuthan  hidup  tertentu,  disebut nafsu.
Nafsu  ada  pertaliannya  dengan  instink,  tetepai  nampak  keluarnya  tidak sama. Namun nampak keluar dalam berbagai bentuk dan cara. 
1)      Macam-macam nafsu :
a)      Nafsu  indivudual  (perseoragan),  mislanya  nafsu  makan,  nafsu beramain,  nafsu  bertindak,  nafsu  merusak,  nafsu  berkelahi,  nafsu berkuasa, dan sebagainya.
b)      Nafsu  sosial  (kemasyarakatan),  misalnya  :  nafsu  meniru,  nafsu kawin, nafsu berkumpul dengan ornag lain, dan sebagainya.
2)      Hubungan nafsu dengan perasaan :
Perasaan yang hebat dapat menimbulkan bergeraknya suatu nafsu dan sebaliknya  nafsu  kadang-kadang  dapat  menimbulkan  perasaan  yang hebat, dan ada kalanya kemampuan berfikir dikesampingkan.
3)      Nafsu dan pendidikan :
Nafsu  terdapat  pada  tiap-tiap  orang-orang  walaupun  berbeda  macam dan  tingkatannya.  Kebiasaan-kebiasaan  yang  baik/positif  dan pengaruh-pengaruh  positif  pendidikan  yang  sudah  tertanam  dalam jiwa  sesorang  dapat  mempengaruhi  nafsu  dan  pertanyaan-pertanyaan nafsu. Dengan jalan demikian nafsu dapat diperhalus.
g.      Keinginan[21]
Nafsu  yang  mempunyai  arah  tertentu  dan  tuuan  tertentu  disebut keinginan.  Kalau  dorongan  sudah  menuju  ke  arah  tujuan  yang nyata/konngkrit dan tertentu, misalnya disitu akan terjadi dorongan keras dan terarah pada suatu objek tertentu maka nafsu itu disebut keinginan.
Misalnya  :  nafsu  makan  menimbulkan  keinginan  untuk  makan sesuatu,  nafsu  kerja  menimbulkan  keinginan  untuk  mngerjakan sesuatu,dan sebagainya. Lawan dari keinginan adalah keseganan.
h.      Kecenderungan (tendency) [22]
Keinginan-keingina  yang  sering  munculatau  timbul  disebut kecenderungan.  Kecenderungan  sama  dengan  kecondongan. Kecenderungan Dapat menimbulkan dasra kegemaran terhadap sesuatu.
Kecenderungan dapat dibedakan menjadi beberapa golongan :
1)      Kecenderungan vital (hayat), mislanya lahap, gemar makan, dsb.
2)      Kecenderungan  perseorangan,  menimbulkan  sifat-sifat  loba,  tamak, kikir, egois, dll
3)      Kecenderungan sosial, mislanya : persahabatan, persaudaraan, berbuat amal, dsb.
4)      Kecenderungan abstrak, yang positif misalnya : taat pada Tuhan, jujur, patuh, bertanggungjawab, dsb. Yang negatif misalnya : dusta, bohong, dsb.
i.        Hawa Nafsu
Kecenderungan atau keinginan yang snagt kuat dan mendesak yang sedikit-sedikit  ynag  memepengaruhi  jiwa seseorang  disebut  hawa  nafsu. Dengan timbulnya hawa nafsu seakan-akan keinginan-keinginan yang lain dikesampingkan,  sehingga  tinggalsatu  keinginan  saja  yang  berkuasa  dan bergerak dalam kesadaran. Disamping itu hawa nafsu dicirikan dengan :
-                  Perasan sangat terpengaruh dan daya pikir dapat dilumpuhkan.
-                  Biasanya  hawa  nafsu  disertai  timbulnya  kekuatan-kekuatan  yang hebat.
Akibat timbulnya hawa nafsu tersebut hidup jasmani dan rohaninya menjadi  kacau  dan  terganggu.  Hawa  nafsu  yang  banyak  muncul  antara lain : judi, nonton, minuman keras, dsb.
j.        Kemauan[23]
Kemauan  adalah  dorongan  dari  dlamyang  lebih  tinggi  tingkatannya daripada  instink,  refleks,  automatisme,  kebiasaan,  nafsu,  keinginan, kecenderungan  dan  hawa  nafsu,  sekali  lagi  ditandaskan  bahwa kemauan hanya terdapat pada manusia saja.

C.   Gejala Jiwa Emosi (Perasaan )
            Perasaan  termasuk  gejala  jiwa  yang  dimiliki  oleh  semua  orang  dan tingkatannya tidak sama. Perasaan tidak termasuk gejala mengenal, walaupun demikian, perasaan sering juga berhubungan dengan gejala mengenal.[24]
Jenis-Jenis Perasaan:
1.      Perasaan-perasaan  jasmaniyah:  jenis  perasaan  ini  sering  pula  disebut perasaan tingkat rendah yang terbagi sebagai berikut:
a)      Perasaan  sensoris:  yaitu  perasaan  yang  berhubungan  dengan stimulus terhadap indra, misalnya: dingin, hangat, pahit, asam dan sebagainya.
b)      Perasaan  vital:  yaitu  perasaan  yang  berhubungan  dengan  kondisi jasmani  pada  umumnya,  misalnya  lelah,  lesu,  lemah,  segar,  sehat dan sebagainya.[25]
2.      Perasaan-perasaan  rohaniah:  sering  pula  disebut  sebagai  perasaan  luhur (tingkat tinggi), yang terdiri dari:
a)      Perasaan  intelektual:  yaitu  perasaan  yang  berhubungan  dengan kesanggupan intelektual dalam mengatasi suatu masalah, misalnya: senang  atau  puas  ketika  berhasil  (perasaan  intelektual  positif), kecewa atau jengkel ketika gagal (perasaan intelektual negatif).
b)      Perasaan  kesusilaan  (etis):  yaitu  perasaan  yang  berhubungan dengan  baik-buruk  atau  norma,  misalnya:  puas  ketika  mampu melakukan  hal  yang  baik,  atau  menyesal  ketika  melakukan  hal yang tidak baik.
c)      Perasaan  estetis  (keindahan);  yaitu  perasaan yang  berhubungan dengan  penghayatan  dan  apresiasi  tentang  sesuatu  yang  indah  tau tidak indah. Perasaan ini timbul jika seseorang mengamati sesuatu yang  indah  atau  yang  jelek.  Yang  indah  menimbulkan  perasaan positif, yang jelek menimbulkan perasaan yang negatif.
d)     Perasaan  sosial  (kemasyarakatan):  yaitu  perasaan  yang  cenderung untuk  mengikatkan  diri  dengan  orang-orang  lain,  misalnya: perasaan cinta sesama manusia, rasa ingin bergaul, ingin menolong, rasa simpati atau setia kawan dan sebagainya.
e)      Perasaan  harga diri:  yaitu  perasaan  yang  berhubungan  dengan penghargaan  diri  seseorang,  misalnya:  rasa  senang,  puas,  dan bangga  akibat  adanya pengakuan  dan  penghargaan  dari  orang  lain atau sebaliknya.
f)       Perasaan  ketuhanan  (religius):  yaitu  perasaan  yang  berkaitan dengan  kekuasaan  dan  eksistensi  dari  Tuhan.  Manusia  merupakan satu-satunya yang dianugrahkan perasaan ini oleh Tuhan. Perasaan ini digolongkan pada peristiwa psikis yang paling luhur dan mulia. Menurut  pandangan  filsafat  ketuhanan  (theologi)  menusia  disebut “homo divinans” yaitu manusia senantiasa memilki kepercayaan terhadap Tuhan dan hal-hal yang bersifat ghaib.


D.    Gejala Jiwa Campuran
Gejala  campuran meliputi Perhatian, Sugesti, dan kelelahan.
1.      Perhatian ialah keaktifan jiwa yang diarahkan pada suatu objek, baik didalam maupun diluar dirinya.
Syarat-syarat agar perhatian mendapat manfaat sebanyak-banyaknya yaitu :
a. inhibisi yaitu pelarangan atau penyingkiran isi kesadaran yang tidak diperlukan.
b. Apresepsi yaitu pengesahan dengan sengaja semua isi kesadaran
c. Adaptasi ( Penyesuain lingkungan )
 Macam-macam perhatian
a.       perhatian spontan dan sengaja
ialah perhatian yang timbul dengan sendirinya oleh karena tertarik pada suatu dan tidak didorok kemauan.
b.      perhatian statis dan dinamis
Ialah perhatian yang tetap terhadap sesuatu dan perhatian dinamis ialah perhatian yang mudah berubah-ubah.
c.       Perhatian Sensitif dan distributif
Perhatian sensitif ialah perhatian yang hanya satu masalah tertentu.Perhatian distributif ialah perhatian terbagi-bagi.
Faktor dapat mengambil perhatian
a.         Pembawaan
b.         Latihan dan kebiasaan
c.         Kebutuhan
d.        Kewajiban
e.         Keadaan jasmani
f.          Suasana jiwa
g.         Suasana sekitar
h.         Kuat tidaknya dari perangsang dari objek.
2.      Kelelahan
Ialah gejala berkurangnya manusia untuk melakukan sesuatu.
Sebab-sebab kelelahan
a.       Kelelahan disebabkan oleh pekerjaan jasmani. Misalnya, olahraga.
b.      Kelelahan disebabkan oleh pekerjaan jiwa. Misalnya, memikirkan masalah yang sulit/pelik.
Macam-macam kelelahan
a.)       Kelelahan jasmani
b.)      Kelelahan rohani
Hubungan kelelahan jasmani dan rohani yaitu pekerjaan jasmani dapat menimbulkan kelelahan jasmani pun dapat menimbulkan kelelahan rohani.
3.      Sugesti
Ialah didesakkan suatu keyakinan kepada seseorang yang olehnya diterima mentah-mentah.
Sugesti dan sugestibel
a.       Sugesti ialah sesuatu yang mempunyai pengaruh sugesti yang besar.
b.      Sugestibel ialah sifat-sifat yang mudah kena saran/sugesti
-          Cara-cara untuk mensugesti
a.       Dengan membujuk
b.      Dengan memuji
c.       Dengan menakut nakuti
d.      Menunjukkan kekurangan atau kelebihan.
-          Alat-alat sugesti
a.       Mata
b.      Roman muka
c.       Teladan
d.      Gambar
e.       Suara
f.       Warna
g.      Dan slogan
-          Peranan sugesti
a.       Pimpinan banyak diseganin anak buahnya
b.      Adanya kepercayaan yang besar pada pemimpin
c.       Pimpinan akan dihormati, dituntut.


















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Bahwa manusia memiliki gejala-gejala jiwa yang meliputi:
4.      Gejala pengenalan atau kognisi
5.      Gejala kehendak atau konasi
6.      Gejala perasaan atau emosi
Selain  peristiwa  atau  gejala  jiwa  tersebut,  ada  gejala  jiwa  lainnya  yang disebut gejala campuran yaitu:
a.       Perhatian
b.      Keletihan
c.       Sugesti
Jadi, merupakan hal wajar jika manusia sering bertindak benar atau pun salah, karena memang sejatinya adalah manusia telah terbentuk dari berbagai macam gejala kejiwaan dalam hidup mereka.















DAFTAR PUSTAKA
Syah, Muhibbin, "Psikologi Belajar", (Jakarta: Rajawali Press, 2009)
Ahmadi, M. Ishom, "Ya Ayyatuha An Nafsu Al Muthmainnah". (Yogyakarta: SJ Press,
2009)
Ahmadi, Abu, "Psikologi Umum", (Jakarta: Rineka Cipta, 2009)
Ahmadi, M. Ishom, "Ya Ayyatuha An Nafsu Al Muthmainnah". (Yogyakarta: SJ Press,
2009)
Ahmadi, Abu, “Psikologi Umum”, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003)
Umar, Muhammad, “psikologi Umum” (Semarang: PT Bina Ilmu,1982)


[1] Muhibbin Syah, "Psikologi Belajar", (Jakarta: Rajawali Press, 2009) h. 22
[2] M.Ishom Ahmadi, "Ya Ayyatuha An Nafsu Al Muthmainnah". (Yogyakarta: SJ Press,
2009) h. 26-27
[3] M.Ishom Ahmadi, Op-Cit,. h. 29
[4] Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009) h. 68
[5] Abu Ahmadi, Op-Cit,. h. 69
[6] Abu Ahmadi, "Psikologi Umum", (Jakarta: Rineka Cipta, 2009) h. 72-73
[7] M.Ishom Ahmadi, "Ya Ayyatuha An Nafsu Al Muthmainnah". (Yogyakarta: SJ Press,
2009) h. 63
[8] Ibid,. h. 70
[9] M.Ishom Ahmadi, "Ya Ayyatuha An Nafsu Al Muthmainnah". (Yogyakarta: SJ Press,
2009) h. 70
[10] Ibid,.  h. 70
[11] Ibid,.  h. 73
[12] Ibid,. h. 76
[13] Abu Ahmadi, "Psikologi Umum", (Jakarta: Rineka Cipta, 2003) h. 74-75
[14] Ibid,. h. 83
[15] M.Ishom Ahmadi, "Ya Ayyatuha An Nafsu Al Muthmainnah". (Yogyakarta: SJ Press,
2009) h. 87
[16] M.Ishom Ahmadi, "Ya Ayyatuha An Nafsu Al Muthmainnah". (Yogyakarta: SJ Press,
2009) h. 91
[17] Abu Ahmadi, “Psikologi Umum”, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003) h. 112
[18] Abu Ahmadi, “Psikologi Umum”, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003) h. 116
[19] Ibid,. h. 115-117
[20] Abu Ahmadi, "Psikologi Umum", (Jakarta: Rineka Cipta, 2003) h. 118-119
[21] Abu Ahmadi, "Psikologi Umum", (Jakarta: Rineka Cipta, 2003) h. 121
[22] Ibid,. h. 122
[23] Abu Ahmadi, "Psikologi Umum", (Jakarta: Rineka Cipta, 2003) h. 122-124
[24] Abu Ahmadi, “Psikologi Umum”, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003) h. 101
[25] Wasti Soemanto, "Psikologi Pendidikan", (Jakarta: Rineka Cipta, 1998) h. 38