Rabu, 23 Oktober 2013

puisi indonesia tanahku



Mana ada negeri sesubur negeriku? Mana ada negeri sesubur negeriku? Sawahnya tidak hanya menumbuhkan Padi, Tebu, dan Jagung, tapi juga pabrik, tempat rekreasi, dan gedung. Prabot’’ orang kaya didunia, dan burung’’ indah piaraan merka berasal dari hutanku. Ikan’’ pilihan yang mereka santabbermula dari negeriku. Emas, perak dan perhiasan yang mereka kenakan berasal dari tambangku. Air bersih yang mereka minum berasal dari keringatku.
Mana ada negeri sekaya negeriku? Majikan’’ bangsaku memiliki buruh’’ mancanegara. Brangkas’’ bank dimana-mana, menyimpan harta’’ku. Negeriku menciptakan konglomerat, dan mengikis hebat kaum melarat. Rata’’ pemimpin negeriku dan handai tolannyaterjaya didunia.
Mana ada negeri semakmur negeriku? Para pengangguran diberi perumahan, gaji dan pensiunan setiap bulan. Rakyat’’ kecil menyumbang Negara tanpa imbalan. Rampok’’ diberikan rekomendasi, dengan kop sakti instansi. Maling’’ diberi konsensi. Tikus dan kucing dengan asyik berkorupsi.
Aku sangat hafal nyanyian itu. Aku masih sangat hafal nyanyian itu. Nyanyian kesayangan dan hafalan kita bersama, sejak kita disekolahkan. Kita berebut menyanyikannya ketika kanak’’ disuruh menyanyi didepan  kelas satu-persatu. Aku masih ingat, betapa kita gembira saat guru kita mengajak menyanyikan lagu itu bersama-sama.
Sudah lama sekali, pergaulan tidak seakrab dulu. Masing’’ sudah terseret kepentingan sendiri, atau terseret kepentingan dunia, dank au kini entah dimana.
Tapi, aku masih sangat hafal nyanyian itu kawanku. Hari ini ingin sekali aku menyanyikannya kembali bersama.
Indonesia tanah air Beta… pusaka abadinan jaya…
Indonesia sejak dulu kala… slalu dipuja-puja bangsa…
Disana tempat lahir Beta… dibuai dibesarkan bunda…
tempat berlindung dihari tua… sampai akhir menutub mata…
Aku merindukan rasa haru dan iba, ditengah kobaran kebencian dan dendam. Serta maraknya rasa tega, hingga kini ada saja yang merubah lirik lagu kesayangan kita itu. Hingga kini ada saja yang mengubah lirik lagu kesayangan kita itu, dan menyanyikan dengan nada sendu.
Indonesia air mata kita… bahagia menjadi nestapa
Indonesia kini tiba-tiba... selalu dihina-hina bangsa
disana banyak orang lupa… dibuai kepentingan dunia
tempat bertarung berebut kuasa… sampai entah kapan akhirnya
Kawan, dimanakah kini kau? Mungkinkah kita isa menyanyi bersama lagi lagu kebangsaan kita itu dengan akrab seperti dulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar