Senin, 30 September 2013

Masalah Sosial

MASALAH SOSIAL 

     Masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.
    Pengertian masalah kesejahterahan sosial pada dasarnya tidak berbeda dengan masalah sosial.Ernest Burgess, mengemukakan teori tentang massalah sosial dalam perkembangan sosiologi dapat dikelompokan menjadi lima :
1. Masalah sosial sebagai patologi organik individual.
2. Masalah sosial sebagai patologi sosial.
3. Masalah sosial sebagai disorganisasi personal dan sosial.
4. Masalah sosial sebagai koonflik-konflik nilai.
5. Masalah sosial sebagai proses.

     Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.
Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni antara lain :
1. Faktor Ekonomi       :  Kemiskinan, pengangguran, dll.
2. Faktor Budaya         : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
3. Faktor Biologis        : Penyakit menular, keracunan makanan, dsb.
4. Faktor Psikologis     : penyakit syaraf, aliran sesat, dsb.

1. Faktor Ekonomi
Faktor ini merupakan faktor terbesar terjadinya masalah sosial. Apalagi setelah terjadinya krisis global PHK mulai terjadi di mana-mana dan bisa memicu tindak kriminal karena orang sudah sulit mencari pekerjaan.
2. Faktor Budaya
Kenakalan remaja menjadi masalah sosial yang sampai saat ini sulit dihilangkan karena remaja sekarang suka mencoba hal-hal baru yang berdampak negatif seperti narkoba, padahal remaja adalah aset terbesar suatu bangsa merekalah yang meneruskan perjuangan yang telah dibangun sejak dahulu.
3. Faktor Biologis
Penyakit menular bisa menimbulkan masalah sosial bila penyakit tersebut sudah menyebar disuatu wilayah atau menjadi pandemik.
4. Faktor Psikologis

Aliran sesat sudah banyak terjadi di Indonesia dan meresahkan masyarakat walaupun sudah banyak  yang ditangkap dan dibubarkan tapi aliran serupa masih banyak bermunculan di masyarakat sampai saat ini.
Di Indonesia sendiri terjadi banyak masalah social yang tidak kunjung terselesaikan, salah satunya adalah masalah kemiskinan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), persentase penduduk miskin di Indonesia tahun 1996 masih sangat tinggi, yaitu sebesar 17,5 persen atau 34,5 juta orang. Hal ini bertolak belakang dengan pandangan banyak ekonom yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan pada akhirnya mengurangi penduduk miskin.
Perhatian pemerintah terhadap pengentasan kemiskinan pada pemerintahan reformasi terlihat lebih besar lagi setelah terjadinya krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997. Meskipun demikian, berdasarkan penghitungan BPS, persentase penduduk miskin di Indonesia sampai tahun 2003 masih tetap tinggi, sebesar 17,4 persen, dengan jumlah penduduk yang lebih besar, yaitu 37,4 juta orang.
Bahkan, berdasarkan angka Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2001, persentase keluarga miskin (keluarga prasejahtera dan sejahtera I) pada 2001 mencapai 52,07 persen, atau lebih dari separuh jumlah keluarga di Indonesia. Angka- angka ini mengindikasikan bahwa program-program penanggulangan kemiskinan selama ini belum berhasil mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia.
Pada dasarnya ada dua faktor penting yang dapat menyebabkan kegagalan program penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Pertama, program- program penanggulangan kemiskinan selama ini cenderung berfokus pada upaya penyaluran bantuan sosial untuk orang miskin.Hal itu, antara lain, berupa beras untuk rakyat miskin dan program jaring pengaman sosial (JPS) untuk orang miskin. Upaya seperti ini akan sulit menyelesaikan persoalan kemiskinan yang ada karena sifat bantuan tidaklah untuk pemberdayaan, bahkan dapat menimbulkan ketergantungan.
Program-program bantuan yang berorientasi pada kedermawanan pemerintah ini justru dapat memperburuk moral dan perilaku masyarakat miskin. Program bantuan untuk orang miskin seharusnya lebih difokuskan untuk menumbuhkan budaya ekonomi produktif dan mampu membebaskan ketergantungan penduduk yang bersifat permanen. Di lain pihak, program-program bantuan sosial ini juga dapat menimbulkan korupsi dalam penyalurannya. Hal ini lah yang menjadi penyebab lambannya pengetasan kemiskinan di Indonesia.

Dan beberapa cara mengatasi permasalahan sosial antara lain:
  • Memberikan penyuluhan/sosialisasi tentang keimanan atau moral-moral kehidupan
  • Memberi bantuan kepada masyarakat sekitarnya berupa materi.
  • Orangtua yang senantiasa memberi pengarahan akan hal baik kepada  anak-anaknya 
  • Memberikan beasiswa pendidikan bagi siswa yang kurang mampu
  •  Mengadakan bantuan-bantuan sosial secara rutin, dll. 

Sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2013/01/11/masalah-sosial-523482.html 

    Kamis, 19 September 2013

    Al Qur’an dan Hadits



    Nama / cosma              :  Bagus Waskito Utomo / C
    Materi Pokok              :  Al Qur’an dan Hadits
    Kompetensi Dasar       :  Mencintai Al Qur’an dan Al Hadits
    Indikator                     :
    1.      Menjelaskan cara mencintai Al Qur’an dan Hadit
    2.      Mengidentifikasi perilaku orang yang mencintai Al Qur’an dan hadits
    3.      Menerapkan perilaku mencintai Al Qur’an dan hadits dalam kehidupan
    Tujuan                         :
    1.      Siswa mampu menjelaskan cara mencintai Al Qur’an dan Hadit
    2.      Siswa dapat mengidentifikasi perilaku orang yang mencintai Al Qur’an dan hadits
    3.      Siswa mampu menerapkan perilaku mencintai Al Qur’an dan hadits












    PEMBAHASAN
    Mencintai Al Qur’an Dan Hadits

    A.    Perintah Mencintai Al Qur’an
         Al Qur’an dan hadits merupakan pedoman kehidupan bagi setiap umat islam. Dengan berpedoman pada keduanya maka kehidupan manusia akan selalu lurus dalam bimbingan Allah Subhanahu wata’ala. Menjadikan Al Qur’an dan hadits sebagai pedoman maka kita juga harus mencintai keduanya sehingga dapat meneladaninya dalam kehidupan.[1] Mencintai Al Qur’an dan hadits adalah kewajiban bagi setiap umat islam. Banyak dalil dari Al Qur’an maupun hadits yang memerintahkan untuk mencintai Al Qur’an dan hadits. Salah satu anjuran tentang perintah mencintai Al Qur’an dan hadits yaitu sesuai dengan (QS Ali ‘Imran : 31)
    ö@è%bÎ)óOçFZä.tbq7Åsè?©!$#ÏRqãèÎ7¨?$$sùãNä3ö7Î6ósリ!$#öÏÿøótƒurö/ä3s9ö/ä3t/qçRèŒ3ª!$#urÖqàÿxîÒOÏm§[2]ÇÌÊÈ

    Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
    Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam pernah berwasiat kepada umat islam agar berpegang teguh terhadap Al Qur’an dan hadits. Dengan berpegang teguh dengan ajaran keduanya maka umat islam akan senantiasa selamat di kehidupan dunia dan akhirat. Rasulullah sholallaahu ‘alaihi wasallam bersabda sebagai berikut :

    ترَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللّهِ وَسُنَّةَ نَبِيَّةِ . ( رواه مالك )
    Aku tinggalkan kepadamu dua perkara. Kamu tidak akan tersesat selama kamu berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitab Allah (Al Qur’an) dan sunnah nabi-Nya (hadits). (HR Malik).
         Adapun dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, disebutkan bahwa untuk mencapai kenikmatan iman harus dilalui dengan beberapa syarat. Salah satu syaratnya adalah mencintai Al Qur’an dan Hadits melebihi cintanya terhadap yang lain.
         Mempelajari Al Qur’an dan hadits adalah kewajiban umat islam. Dengan mencintai kita akan tertarik untuk mempelajari, dengan mempelajari kita akan mengerti dan memahami, kemudian dengan mengerti dan memahami kita dituntut untuk mengikuti dan melaksanakan apa yang diajarkan oleh Al Qur’an dan hadits tersebut.
         Menanamkan kecintaan terhadap Al Qur’an dan hadits harus dimulai sejak dini, karena masa anak-anak adalah masa emas untuk menanamkan pendidikan yang terbaik. Menurut Ibnu Khaldun, pendidikan Al Qur’an merupakan pondasi seluruh kurikulum pendidikan di dunia Islam, karena Al Qur’an merupakan syiar agama yang mampu menguatkan aqidah dan mengokohkan keimanan.[3]
         Dengan menanamkan kecintaan anak terhadap Al Qur’an sejak dini, maka kecintaan itu akan bersemi pada masa dewasanya kelak, mengalahkan kecintaan anak terhadap hal lain, karena masa kanak-kanak itulah masa pembentukan watak yang utama.
         Anak ibarat lembaran kertas yang masih polos dan putih. Bila sejak dini ditanamkan kecintaan Al Qur’an maka benih-benih kecintaan itu akan membekas pada jiwanya dan kelak akan berpengaruh pada perilakunya sehari-hari, berbeda bila kecintaan itu ditanamkan setelah dewasa maka akan terasa sulit.[4]
    B.  Bentuk-bentuk Mencintai Al Qur’an dan Hadits
         Mencintai Al Qur’an dan hadits dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.
    a.       Memiliki kitab Al Qur’an dan Hadits
    b.      Memiliki kemauan untuk dapat membaca dan mempelajari Al Qur’an dan hadits dengan baik dan benar.
    c.       Memiliki kemauan untuk dapat memahami isi kandungan Al Qur’an dan hadits dengan baik dan benar.
    d.      Rajin mendatangi majelis-majelis ilmu yang mempelajari Al Qur’an dan hadits.
    e.       Menjaga kesucian Al Qur’an dan hadits, tidak menganggapnya remeh.
    f.       Peduli terhadap lembaran-lembaran Al Qur’an dan hadits yang berceceran dengan mengumpulkannya.
    g.      Tidak suka jika ada orang yang merendahkan ajaran dalam Al Qur’an dan Hadits.[5]
    Bentuk mencintai Al Qur’an dan hadits yang paling utama adalah mencintai ajaran-ajaran dalam Al Qur’an dan hadits, dengan mempelajari dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk lain dalam mencintai Al Qur’an dan hadits sebagai berikut.
    Pertama, kita harus mempelajari Al Qur’an dan hadits, baik bacaan maupun isi kandungannya secara bertahap. Sekarang ini banyak sekali lembaga-lembaga pendidikan untuk mempelajari Al Qur’an dan hadits, baik formal maupun nonformal dari tingkat dasar sampai tingkat yang tinggi. Dari pendidikan formal seperti MI, MTs, MA dan seterusnya, sedangkan yang nonformal seperti TPQ, Madrasah diniyah, pondok pesantren dan sebagainya.itu semua bertujuan supaya generasi islam tetap dapat mempelajari Al Qur’an dan hadits dengan harapan mereka kelak menjadi generasi yang mencintai Al Q ur’an dan hadits serta mampu mengajarkannya kepada generasai selanjutnya.
    Kedua, setelah  kita mempelajarinya dengan baik, tugas kita selanjutnya adalah menjaganya dengan menghafalkannya jangan sampai lupa atau bahkan meninggalkannya sama sekali. Hendaklah Al Qur’an menjadi bacaan wajib bagi kita sehari-hari, karena sebaik-baik bacaan adalah bacaan Al Qur’an. Karena orang yang mencintai sesuatu maka dia akan dengan senang hati selalu menyebut menyebut (membacanya) setiap saat, sebagaimana kita mencintai Allah subhanahu wata’ala, maka kita akan selalu menyebut nama-Nya dalam Dzikir kita.
    Ketiga adalah mengamalkannya sebagai tahap paling inti atas apa yang telah dipelajarinya dari Al Qur’an dan hadits. Sebagaimana yang telah dipraktikkan oleh para sahabat Nabi Muhammad sholallaahu ‘alaihi wasallam dan generasi salaf yang menjadikan Al Qur’an dan hadits sebagai sandaran dalam setiap aspek kehidupan mereka, baik ibadah maupun muamalah. Mereka telah benar-benar meneladani Rasulullah sholallaahu ‘alaihi wasallam sebagai idola hidup mereka, karena akhlak Rasulullah Sholallaahu ‘alaihi wasallam adalah Al Qur’an yang menghasilkan sabda-sabda sebagai penjabaran dan penjelas dari Al Qur’an yaitu hadits.[6]
    C.      Perilaku orang yang mencintai Al Qur’an dan Hadits
    Setelah memperhatikan cara-cara mencintai Al Qur’an dan hadits, selanjutnya kecintaan tersebut diwujudkan dengan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang mencintai Al Qur’an dan hadits akan berprilaku sesuai yang diajarkan didalamnya.
    1.      Berprilaku sesuai dengan Al Qur’an dan Hadits
    Tanda orang yang mencintai adalah melakukan apa saja yang ada dalam kecintaannya. Begitu pula dengan mencintai Al Qur’an dan hadits, diwujudkan dengan perilaku setiap hari sesuai dengan ajaran didalamnya.
    2.      Mempelajari Al Qur’an dari Sumber yang Sahih dan Terpercaya
    Al Qur’an dan hadits merupakan sumber hukum tertinggi dalam islam, mempelajari keduanya harus dengan orang-orang yang ahli dan teruji kebenarannya oleh ulama-ulama yang lain.
    3.      Menjaga Kesucian Al Qur’an dan Hadits
    Menjaga kesucian Al Qur’an artinya meletakkan Al Qur’an sesuai yaitu tidak membacanya ditempat-tempat kotor, meletakkannya ditempat yang mulia serta mendengarkan dengan seksama jika dibacakan suatu ayat.
    4.      Membela dan mempertahankan Al Qur’an dan Hadits dari Orang yang tidak senang terhadap keduanya
    Orang yang mencintai Al Qur’an dan hadits pasti akan membela keduanya jika ada seorang yang menghina, melecehkan atau mempermainkannya. Kecintaannya kepada Al Qur’an dan hadits akan menyebabkan ia marah dan tidak terima jika keduanya diperlakukan dengan tidak layak.
    5.      Tidak menafsirkan Al Qur’an dan Hadits dengan hawa nafsu, melainkan berdasarkan dengan kaidah-kaidah yang telah di tetapkan dalam al qur’an dan hadits.
    Orang yang mencintai Al Qur’an dan hadits akan patuh terhadap keduanya dengan tidak berusaha mengotak-atik atau mengganti kandungan terhadap keduanya. Ia tidak akan menafsirkanya sesuai hawa nafsu keinginannya sendiri.[7]
    DAFTAR PUSTAKA

    Fattah, Al Qur’an Hadits, LKS untuk smp kelas VII Semester 1, (Surakarta: Putra             Nugraha).
    Al Qura’anul  word.
    Mukadimah Ibnu Khaldun.
    Muhaimin, AlQur’an hadits,  kelas IX, (Grafindo media pratama  2008)
    Fattah, Al Qur’an Hadits, LKS untuk smp kelas VII Semester 1, (Surakarta: Putra             Nugraha).
    Tim tasbih, Al Qur’an hadits, LKS kelas VII, (jawa tengah:CV.Media karya putra             2010).
    Fattah, Al Qur’an Hadits, LKS untuk smp kelas VII Semester 1, (Surakarta: Putra             Nugraha) 24.


    [1] Fattah, Al Qur’an Hadits, LKS untuk smp kelas VII Semester 1, (Surakarta: Putra Nugraha), 15.
    [2]Al Qura’anul  word.
    [3]Mukadimah Ibnu Khaldun: 461
    [4]Muhaimin, AlQur’an hadits,  kelas IX, (Grafindo media pratama  2008)
    [5]Fattah, Al Qur’an Hadits, LKS untuk smp kelas VII Semester 1, (Surakarta: Putra Nugraha), 23.
    [6]Tim tasbih, Al Qur’an hadits, LKS kelas VII, (jawa tengah:CV.Media karya putra  2010),17.
    [7]Fattah, Al Qur’an Hadits, LKS untuk smp kelas VII Semester 1, (Surakarta: Putra Nugraha), 24.