Jumat, 10 April 2015

MAKALAH PENDALAMAN PAI DI MADRASAH (MEMBIASAKAN PERILAKU HUSNUDZAN)

BAB I
PEMBAHASAN
MEMBIASAKAN PERILAKU HUSNUDZAN

A.      Pengertian dan Pentingnya Bersikap Husnudzan
            Secara bahasa husnudzan berasal dari lafadz "Husnun" yang artinya baik dan lafadz "adzonu"yaitu prasangka. Jadi husudzan adalah prasangka, perkiraan, atau dugaan baik. Menurut istilah adalah cara pandang seseorang yang membuatnya melihat sesuatu secara positif. Dan lawan kata dari husnudzan "Suudzan" yang berarti "berburuk sangka".
            Seseorang yang memiliki sikap husnudzan memandang semua orang itu baik dan akan mempertimbangkan sesuatu dengan pikiraan jernih, pikiran dan hatinya bersih dari prasangka yang belum tetu kebenarannya, sehingga tidak menimblkan kekacauan dalam pergaulan. Sikap ini ditunjukkan dengan rasa senang, berpikir positif, dan sikap hormat kepada orang lain tanpa ada rasa curiga, dengki, dan perasaa tidak senag tanpa alasa yang jelas. Sedangkan orang yang memiliki sikap suudzan, selalu memandang sesuatu itu jelek. Seolah-olah tidak ada sedikitpun kebaikan dalam pikirannya dan cenderungn menganggap orang lain lebih rendah dari dirinya. Sikap buruk sangka identik dengan rasa curiga, cemas, amarah, dan benci. Padahal kecurigaan, kecemasan, kemarahan, dan kebencian itu hanyalah perasaan semata yang tidak jelas sebabnya, terkadang apa yang ditakutkannya selama ini belum tentu terjadi pada dirinya atau orang lain.

B.       Bentuk dan Contoh Sikap Husnudzan
        1.          Husnudzan kepada Allah
            Salah satu akhlak terpuji yang harus tertanam pada diri seseorang adalah sifat husnudzan kepada Allah. Husnudzan kepada Allah adalah sikap yang selalu berbaik sangka atas segala kehendak Allah terhadap hamba-Nya. Kemudian yang menjadi pertanyaan besar ialah, Mengapa kita harus berbaik sangka kepada Allah?.
            Banyak hal yang terjadi pada kita seperti musibah, dan itu membuat kita secara tidak langsung menganggap Allah tidak adil kepada kita. Padahal sebagai seorang mukmin sejati senantiasa menganggap apa yang ditakdirkan Allah kepada kita adalah yang terbaik. Seseorang boleh saja sedih, cemas dan gundah bila terkena musibah, tetapi hal tersebut jangan sampai berlarut-larut sehingga akan membuat dirinya menyalahkan Allah sebagai penguasa takdir. Sikap yang terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan cara segera menata hati dan perasaan, kemudian meneguhka sikap bahwa setiap yang ditakdirkan Allah kepada kita mengandung hikmah. Inilah yang disebut dengan sikap husnudzan kepada Allah. Sebagaimana firman Allah:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ النَّاسَ شَيْئًا وَلَٰكِنَّ النَّاسَ أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
Artinya :
“Sesungguhnya Allah tidak berbuat aniaya kepada manusia sedikit pun, akan tetapi manusia itu sendiri berbuat anuaya kepada diri mereka sendiri." (QS. Yunus: 44)



KLIK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar