Jumat, 10 April 2015

MAKALAH PENDALAMAN PAI DI MADRASAH (SEJARAH NABI MUHAMMAD SAW PERIODE MADINAH)

BAB I PEMBAHASAN
KEPEMIMPINAN NABI MUHAMMAD SAW PADA MASA PERIODE MADINAH
A.     LATAR BELAKANG PERGANTIAN NAMA YATSRIB MENJADI MADINAH
Perlu kita ketahui bahwa Yatsrib merupakan nama pertama kota Madinah, nama ini diambil dari nama pendirinya, dan Rasulullah SAW menggantikanya menjadi ”Madinah” dan kemungkinan Rasulullah SAW mengganti nama ini karena kata At-tatsrib secara bahasa berarti celaan, kebinasaan dan pembauran, [1]  seperti hadits Abu Musa R.A dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda:
رَاَیْتُ فِی الْمَنَامِ اَنِّیْ اُهَا جِرُ مِنْ مَکَّٰةَ اِلَی اَرْضٍ بِهَا نَخْلٌ فَذَهَبَ وَهَلِی اِلَی اَنَّهَا الْیَمَا مَةُ ا‌َٔوْهَجَرَ فَاِذَا هِیَ الْمَدِیْنَةُ یَثْرِبُ
Artinya: “Aku bermimpi bahwasanya aku berhijrah dari Makkah ke suatu negri yang banyak ditumbuhi kurma, maka dugaanku tertuju pada Yamamah atau Hajar, ternyata kota itu adalah kota Yatsrib”. (H.R Bukhori no. 3622 dan H.R Muslim no. 2272) [2]
            Abu Ubaidah telah berkata “Yatsrib adalah nama suatu negri, sedangkan Madinah Rasulullah SAW adalah salah satu sudut dari negri tersebut”.
            Dalam kitab “Mu’jam Al Buldan” yang disusun oleh Yaqut Al Hamawi disebukan “kota Madinah mempunyai 99 nama yaitu : Al Madinah, Thayyibah, Thabah, Al Miskinah, Al ‘Azra’, Al Jabirah, Al Mahabbah, Al Muhabbah, Al Mahburah, Yatsrib, Al Najiah, Al Mufiah, Akkalatul buldan, Al Mubarakah, Al Mahfufah, Al Maslamah, Al Mijannah, Al Qudsiyah, Al ‘Ashimah, Al Marzuqah,


Asy Syafiah, Al Hirah, Al Mahbubah, Al Marhumah, Jabirah, Al Mukhtarah, Al Muharramah, dan Thababa.
            Diriwayatkan dari Qatadah dalam menafsirkan ayat Al Isra’ : 80
رَبِّ أَدْخِلْنِي مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِي مُخْرَجَ صِدْقٍ
Artinya: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar”. Yaitu Madinah dan Mekkah. [3]
B.     KEBERHASILAN NABI MUHAMMAD DALAM MEMIMPIN UMAT DAN NEGARA
                Sejarah membuktikan, bahwa setelah Nabi Muhammad SAW, tiba dan di terima oleh penduduk Yatsrib (Madinah), Nabi resmi menjadi pemimpin kota itu. [4]Babak baru dalam sejarah Islam pun dimulai. Sangat berbeda dengan periode Makkah, Pada periode Madinah, Islam merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat atau syariat banyak turun di Madinah. Jika masyarakat Madinah adalah masyarakat yang saling bermusuhan antara satu golongan dengan golongan lainya, maka tugas pertama yang dilakukan oleh Rasulullah adalah mempersatukan mereka berdasarkan persaudaraan dan kekeluargaan dibawah naungan Islam dan demi tercapainya suatu tujuan yang sangat mulia, yaitu tersebarnya da’wah Islam dikalangan segenap umat manusia dan untuk sepanjang masa.[5] Nabi Muhammad ketika berada di Madinah mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala Negara. Dengan kata lain, dalam diri Nabi terkumpul dua kekuasaan, kekuasaan spiritual dan kekuasaan duniawi. Kedudukan sebagai Rasul secara otomatis merupakan kepala Negara. [6] Ada pun tujuan Negara itu sendiri, sesuai dengan Al-Qur’an Surat Al-Hadid ayat 25 dan Q.S Al-Hajj ayat 41, yang berbunyi:
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ
Artinya: Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.




[1] Shafiur Rahman Al Mubarok Furi, Sejarah Madinah Al Munawaroh, Riyadh: DARUSSALAM, 2002. Hal 16.
[2] Ibid, hal 17.
[3] Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir, Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’I, 2004. Jilid 5 hal 111.
[4] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993. Hal 25.
[5] Husein Mu’nis, Al-Sirah Al-Nabawiyah Upaya Reformulasi Sejarah perjuangan Nabi Muhammad SAW, Jakarta Timur: Adigna Media Utama, 1999. Hal 21.
[6] Badri Yatim, Op. Cit hal 26.



KLIK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar